Cerpen ini dibuat tidak bedasarkan kehidupan nyata, apabila ada kesamaan nama, tokoh, karakter, tempat, itu merupakan ketidaksengajaan belaka, and thanks for read my story!!!
Musik keras berderung dikamar kecilku. Aku merasa agak menggangu, tapi biarlah. Selama nggak ada yang protes. Kuhempaskan tubuhku ke kasur, ah lelahnya hari ini… begitu banyak hal ang terjadi akhir-akhir ini yang bikin aku jadi uring-uringan setengah mati. Orang yang mengaku sangat sayang sekali sama aku (HOAX) justru menyakitiku disaat seharusnya aku berbahagia di sweet sixteen-ku. Memisahkan aku sama orang-orang yang aku sayangi, yang aku kagumi, yang aku sukai. Bukan salahku kalau ternyata aku menyukai orang lain dan ngga pernah bisa sayang sama dia meski aku udah coba.
Dan aku begitu kehilangan orang yang aku kagumi dan kusukai akhir-akhir ini, Koru. Koru itu begitu berbeda, he like have anything different. Dia kayak punya sinar sendiri yang dia bagiin buat semua sahabatnya. Dan aku suka sama dia. Meski aku udah meyakinkan diriku bahwa itu salah, namun hatiku ngga mau berbohong, dan pada kenyataannya aku menyukainya.
“hai, aku Ciel, fifteen years old, and I love ice cream very much! Nice to see you, Koru” aku membungkukkan badan ala Chinese, dan rambut hitam panjangku menutupi wajahku yang bersemu pink waktu liat dia senyum.
“aku Koru, nice to meet you too, Ciel…” dan dia tersenyum lagi, senyum yang khas.
Kami berkenalan satu tahun yang lalu di tempat hang out aku dan Michael.
Hanya saja kesalahanku terletak pada satu titik, aku sudah bersama Michael. Dan dia ngga pernah bisa terima kalau aku bersama orang lain, atau menyukai orang lain. Tadi, kami bertengkar hebat ketika ia menyadari aku memiliki rasa yang lebih dari teman pada Koru.
“ sejak kapan kamu menyukainya hahh??? Sejak kalian pertama berkenalan?? Atau sejak kamu merasa kalau aku itu membosankan dan ngga bikin kamu bahagia lagi hahh??? Jawab Ciel!!” Michael mengatakannya dengan nada membentak, keras.
“ aku tegasin sama kamu, aku nggak suka sama Koru, kami hanya berteman dekat karena kamu jarang ngertiin apa yang kurasain!! Pernah nggak sih kamu ngerasa kalo aku butuh kamu lebih dari pacar??? Kamu itu udah aku anggep kayak kakak kandungku sendiri! Tapi kamu nggak pernah ngertiin aku, setiap curhatku dipandang salah dimatamu!! Sadar nggak sih kamu, hah????” aku membalas dengan lantang. Angin bertiup keras dari atas gedung tempat kami bertengkar. Michael diam, memasang ekspresi yang nggak keruan.
“ apa kamu udah nggak sayang aku, Ciel?” kali ini nadanya turun.
“ aku nggak tahu,” jawabku singkat.
“ kalo gitu, tolong jauhi Koru mulai dari sekarang, dia bukan punyamu, dan kamu harus tahu itu” Michael berbalik dan meninggalkanku yang berurai air mata diatas gedung sendirian. Apa ini yang dia sebut pacar yang perhatian dan selalu ada?? JELAS BUKAN!!
Aku berlari menuju kamarku, tempat dimana aku sekarang menulis sebuah harapanku disecarik kertas sambil bersimpuh dan menangis.
“ untuk segala sesuatunya yang tak terucapkan, untuk segala sesuatunya yang telah terlambat, untuk hati yang terpiaskan, tersakiti….
Untuk itu, aku ingin tahu, apakah aku hanya ilusiku… Koru…”
Kulipat kertas itu menjadi bentuk bangau, lalu aku berlari ke lift dan menaiki gedung apartemenku. Sesampainya diatas, aku memejamkan mataku, dan make a wish…
“ I wish burung bangau ini akan sampai padanya, sebagai sebuah pesan dari kata hati yang tak tersampaikan, yang tak pernah terucapkan. Ungkapan dari hati yang terdiam karena aku hanya bisa mencintai bayangmu, karena aku tak bisa, dan aku hanya mampu mengagumimu dalam diamku, Koru…”
Aku menjatuhkan kertasnya yang kemudian berjalan mengikuti angin yang membawanya pergi jauh. Aku tersenyum, mungkin dengan ini aku harus belajar kalo aku harusnya bisa mengikuti semua ini seperti angin yang menerbangkan bangau harapanku yang entah akan berakhir dimana.
Aku berada diatas gedung hingga sore menjelang, rasanya aku tidak lapar, padahal aku samasekali belum makan siang. Hingga suara berat yang kukenal mengagetkanku.
“ Ciel, lagi apa kamu disini?” suara Michael.
“ hah? Oh, nggak ngapain-ngapain, aku cuma pengen menikmati sore ini sendirian. Ngapain kamu disini?”
“ aku? Mau nyamperin kamu. Nggak boleh? Ini kan tempat umum, kamu kan cuma salah satu penghuni disini. Iya kan ” kata-kata Michael membuat ketenangan yang sudah kuciptakan menjadi kembali terusik.
“ ya, terserah kau sajalah…” aku mengibaskan tanganku dan berdiri lalu beranjak pergi.
“ tunggu! Mau kemana kamu?”
“ pulang. Ini kan rumahku juga.”aku lari menuju lift dengan maksud agar dia nggak ngikutin aku. Tapi sial, Michael atlit lari yang kecepatannya berlipat ganda dari lariku yang kayak siput sakit perut. Dia sampai ke lift tepat sebelum pintu meutup. Damn. Dan pintu tertutup.
“ kamu marah sama aku gara-gara Koru ya?
“nggak”
“ terus kenapa??”
Aku kesal, kupandang matanya dan aku menyedekapkan tanganku.
“ kenapa sih?? memangnya kamu itu siapa sampe mau tau aja urusanku hah?”
“ biar aku perjelas, AKU : PACARMU!!” Michael menekankan nada bicaranya.
“aku tahu! Aku tau itu! Tapi kamu nggak usah ngatur-ngatur aku! Kita juga punya sisi kehidupan yang kita jalani sendiri Mich !!”
“ begitu, hah??? Begitu menurutmu??? Kenapa kita nggak sekalian jalan sendiri-sendiri aja Ciel?!?!”
Aku terkesiap, kaget. Michael terlihat lebih kaget menyadari apa yang barusan ia katakan. Aku diam dan menunduk memeluk tanganku. Oh my god… sekarang apa yang harus kulakukan??
‘ting!’
Pintu lift terbuka, dan tanpa berfikir aku berlari meningglkan Michael sendirian yang kemudian mengejarku.
“ Ciel! Tunggu… tunggu dulu….” Teriaknya. Aku berhenti, tanpa menoleh.
“ apa lagi kak?”ucapku dingin.
“ Ciel, denger, aku nggak bermaksud… seperti yang mungkin kamu pikirin Ciel… please, dengerin aku dulu… aku…tadi kelepasan ngomonng Ciel…”
“ itu keputusanmu, dan aku nggak mau tahu lagi. Itu yang kudengar sebagai permintaanmu buatku. Aku bakal ngabulin permintaan kamu. Kalo itu maumu, aku baik-baik saja kalo kita berhenti sampai disini, kak Michael…”
“Ciel please…”
“ makasih kak…” aku mengakhiri percakapan dan beranjak pergi dari situ.
^^****^^
Setelah puas menangis dan berteriak sendiri di kamarku sambil mendengarkan musik keras-keras, aku memutuskan untuk mandi dan makan. Dan mencari channel TV favoritku : cartoon network dan national geographic channel. Baru saja aku menemukan remote TV, hp-ke berdering keras
‘Koru calling…’ hah? Koru? Tumben banget…
“hallo…” ucapku riang.
“ halo Ciel… lagi apa nih…”
“ emm, mau nonton kartun nih… tumben kamu telfon, ada apa nih?”
“ hehehe, nggak ada apa-apa kok… oh iya, aku ganggu nggak nih?”
“ nggak mungkin kalo nggak ada apa-apa Koru, nggak ganggu lah, aku aja lagi nyantai nih…”
“ oke, aku ngaku dehh, katanya kamu ada masalah sama Michael?”
“ hehehe… iya gitudeh… emangnya kenapa?”
“ kamu ketawa tuh barusan? Kenapa kayaknya keliatan kayak orang kelaperan?? Hahaha.. ya enggak apa-apa, aku cuma mau hibur kamu, kali aja kamu butuh temen…”
“ ih teganya! Padahal aku kan baru aja makan tau… yaahh… so far, I’m still fine…”
“ iya deh maaf… eh, malem ini, bulan purnama, kamu mau liat bulan diatas gedung nggak? Bagus banget loh, aku sering liat… kamu bawa tiker ama teropong kalo ada, nanti aku bawa camilannya… gimana? Mau nggak?”kata-kata Koru bikin aku kaget dan diam.
“ halo, Ciel, kamu masih disana?”
“ eh..oh… iya! Oke, aku bisa kok, nanti aku cari dulu teropongya, kamu mau ke apartemenku?” aku gugup, mencoba senormal mungkin supaya Koru nggak sadar kalo aku bener-BENER SENENG!
“ iya, aku kesitu jam 8, gimana?”
“ oke lah, aku tunggu ya!”
“ oke, see u…”
“ see u…”
Aku menutup telefon dengan muka bahagia. BAHAGIA!
“ huwaaaa… yeahhh!!!! Thanks God!!! I love this!!” aku berteriak keras sambil loncat-loncat di sofa. Simbok yang lagi asik di dapur kaget dan berlari ke ruang TV.
“ non… non nggak papa? Aduuh… kok yo koyo wong kesurupan iki to ndo…” simbok bicara dengan raut khawatir.
“ eh simbok… nggak kok, aku baik-baik aja, baikk banget malahan… ohya mbok, aku nanti mau kemping diatas gedung, ada tiker sama teropong kan ?”
“ ohh.. ada non, ada… nanti biar simbok siapin… non jangan lupa pake baju hangat ya non, iki udah mau kemarau lho non, adhem mestine, ndak sakit ntar non…”
“ iya… makasih ya simbokku sayangg…”
Simbok geleng-geleng heran, sadar aku lagi jatuh cinta. Dan sepanjag hari kulewati dengan tersenyum dan nyanyi-nyanyi nggak karuan, yang bikin simboku, satu-satunya orang yang ada dirumah ini, ketawa ngakak dengerin suaraku yang fales dibagus-bagusin.
Jam 8 kurang, Koru muncul dengan sekantung besar makanan di tangannya, dan senyum khasnya. Aku tersenyum dan membawa tikar dan teropongku ke lift, keatas gedung.
“ oke, biar aku gelar dulu tikernya, kamu tegakin teropongnya aja… malam ni pasti banyak bintang…” Koru memulai percakapan. Aku mengangguk dan menegakkan teropongnya. Dalam hati, aku bahagia banget bisa melewatkan purnama ini dengan orang yang aku bener-bener suka, dan aku nggak sendiri kesepian lagi…
“ liha kan , bulannya terang banget malam ini, sayang alam ini dingin….” Sambung Koru sambil duduk dan mengeluarkan camilannya. Aku meraih MP4-ku dan mulai memutar lagu, bukan lagu, hanya suara piano, yang sangat…sangat menenangkan hati.
“iya… simbokku bilang, ini udah mau masuk kemarau… jadi dingin…”
“ by the way, orangtuamu belum pulang juga?”
“belum, katanya bulan depan mereka selesai tour…”
“ oh… hei! Liat tuh! Bagus banget bintangnya…” Koru menunjuk kearah langit selatan.
“ wuaaahhh…. Iyaaa!!! Cantikk bangettt!!!” hiperbolaku kumat deh.
“ hahaha… kamu ini kayak nggak pernah lihat bintang malem-malem deh, heboh banget nihh;….”
“ yee, biarin dong! Aku sebenarnya sering kok liat bintang, hampir setiap malem purnama aku sendirian disini ngeliatin bintang, kadang sama orangtuaku…” tanpa kusadari suaraku mulai sendu.
“ dan, mereka satu-satunya tempat yang bisa kudatangi dimana aku bisa berbagi cerita dan mencari ketenangan kalo aku ngerasa sepi, ngerasa ditinggalin dan ngerasa kalo aku udah nyakitin atau tersakiti….” Sambungku.
“ setiap malam?” tanya Koru.
“ enggak, kalo aku negrasa hidup ini terlalu berat buat kujalani, aku sering bikin harapan di secarik kertas dan…”
“ kamu lipat jadi bangau-bangau yang kalo nggak salah pasti namanya bangau harapan…” potong Koru. Aku kaget, menoleh dan melihatnya memandang mataku. Koru tersenyum, manis dan menenangkan.
“ ka…mu…tau dari mana?”
“ aku sering duduk disini sendrian kalo malem, dan pertama kamu pindah kesini, setelah beberapa hari, aku ngeliat kamu berlari keatas gedung sambil menangis, terus naruh kertas yang bentuknya bangau disini. Aku penasaran, jadi aku liat deh…” jelas Koru panjang lebar. Aku melongo.
“ masa sih? Kamu kayak hantu banget! Hiiy!”
“ kamu terlalu seneng dan sedih sih, jadi nggak sadar ada yang merhatiin kamu.” Koru mengambil sebuah tas kecil dari kontong makanannya dan mengeluarkan semua isinya. Bangau-bangau harapanku.
“ i…ini…”
“ bangau-bangau harapanmu… kamu sadar nggak sih, nggak akan ada pangeran kuda putting yang turun dari fairy tale buat ngambil bangaumu ini terus ngirimin malaikat penjaga ke kamu tau….” Ledek Koru.
“iyaaa… aku tau kook!!!” dan aku tau malaikatku itu kamu, Koru…
“ dan ini yang terakhir kemarin yang nyaris jatuh dari gedung…” Koru mengeluarkan bangau kertas lagi dari saku jaketnya.
“ dan disini… ada namaku…” sambungnya.
Lalu kami diam, diam dalam sunyi malam. Aku nggak tau mau bilang apa lagi. Dia tahu kalo aku ada rasa sama dia, dan dia tau semua isi hatiku yang kucurahkan lewat bangau-bangauku. Lalu apa yang harus aku bilang? Keep this secret please? Enggak kan …..
Kami terus diam sampai, ‘tring’ seberkas cahaya kecil melayang dilangit. Bintang jatuh!
“ MAKE A WISH!!!” teriakku spontan. Dan aku menundukan kepalaku, memeluk lututku. Memulai wish-ku.
‘I wish… pangeranku kan disini selalu, menjagaku, menyayangiku, dan jadi sahabatku, orang yang selalu aku sayang dan aku cintai…’
“ udah?” tegur Koru.
“ eh… udah… kamu make a wish nggak?’
“ iya dong… mau tau nggak??”
“ wahh!! Iya iyaa!!!”
“ kamu dulu dong, hahaha” ucap Koru dengan ekspresi lucu.
Yah… kok aku sih…
“ oke, I wish, pangeran itu ada! Kamu?”
Koru tersenyum lagi, hangat.
“ I wish, aku pangerannya…” jawabnya santai.
“ hah???? Seri…us?”
“enggak…”
Yaaaaah… kecewaaa… hiks…
“ nggak, karena aku bukan pangeran, kamu itu nggak bakal dapet pangeran karena ngga banyak Negara kerajaan di Asia , kamu tau wish sebenarnya apa?”
Aku hanya mengangguk lesu. Koru memulai dengan senyum.
“aku berharap, bisa jadi sahabatmu terus, orang yang selalu menjadi tempat pemberhentian bangau harapanmu, Ciel…”
Aku nyaris menangis, kupandang mata Koru penuh harapan. Koru…aku sayang kamu…
Koru meraih puncak kepataku dan mengacaknya pelan,
“ wish-mu terkabul, sayang…”ucap Koru.
Kini aku benar-benar menangis, bahagia. Kusandarkan bahuku pada baku Koru. Koru memelukku.
“ thanks God… you give me the best angel…”
Koru tersenyum.
“ makasih tuhan, kau izinkan aku jadi malaikat Ciel…”
Koru…
Terimakasih…
Biatkan aku terlelap dalam bahumu, pelukmu. Biar kulambungkan segala impiku, perihku, sedihku…
Yang harus kamu tau, I always love you, Koru…
Untuk hati yang tersakiti, dan untuk hati yang selalu menunggumu disini…
^^***^^
“ kamu jadian sama koru?” tanya Michael dingin. Dia menemuiku didepan pintu apartemenku dan menarikku naik keatas gedung. Aku menggeleng.
“ JAWAB CIEL!” kali ini dia membentak.
“ “ENGGAK! JELAS?!?” balasku.
“ lalu apa yang kudengar diluar sana hah?!? Kalian pacaran!!”
“ aku nggak tau apa yag orang bilang, dan aku nggak peduli karena aku bukan pacatnya koru!! Kenyataannya : AKU NGGAK PACARAN SAMA KORU!” teriakku.
“ Michael…” suara koru. Michael berbalik dan menatap koru dingin.
“ kamu…” ucapnya tertahan. Aduh, mereka mungkin ngga berantem kan ? Aduduuh, moga aja enggak deh! That’s a stupid thing!
“ kamu jangan kayak gitu sama ciel, Mich. Kamu nggak ngerti apa yang terjadi kan ? Kamu nggak tau apa yang ciel rasain kan ?”
“nggak. Tapi aku sayang sama dia! Kamu tahu itu kan ! Kenapa kamu rebut dia dariku?! Kita ini sahabat kan , koru!!!”
“ kamu sayang aku? Kenapa kamu nggak pernah mau ndengerin aku kalo kamu emang sayang aku Mich ??” kataku keras.
Michael diam, mungkin ia menyadari apa yang kurasakan.
“ kamu nggak pernah ada Mich , nggak pernah ada saat aku sendiri, saat aku merasa sepi, dan ditinggalkan… ragamu, suaramu memang selalu ada disetiap waktumu, tapi hati mu enggak… apa kamu tahu kalo aku kesepian? Kapan kamu bisa mencegahku buat nggak nangis? Nggak melakukan sesuatu yang seharusnya nggak aku lakukan? Nemenin aku saat aku menangis sendirian diatas gedung??apa kamu pernah tahu itu?? Apa kamu ngerti penderitaanku yang selama ini berjuang buat mempertahankan perasaanku sama kamu??” aku nyerocos sendiri. Puas rasanya bisa bilang hal yang selama ini aku pendam dalam-dalam. Michael seolah membisu, dia hanya diam.
“ aku bakal coba lurusin semuanya.” Koru mengeluarkan 2 buah bangau kertas yang udah lusuh dari jaketnya.
“ perlu aku bacakan juga?” sambung koru. Aku menggeleng. Kuberikan bangau kertas itu pada Michael.
‘ini adalah sebuah harapan yang hampir hilang dari kisah cinta yang nyaris sempurna kecuali rasa sakit akan cinta itu sendiri. Dan jika kamu nggak siap, akan lebih baik mencintai dalam diammu. Sampai kapan aku bisa membohongi hatiku, dan hatinya? Michael & ciel, @the end of the month.‘
“ apa ini punyamu?” Michael memandangku. Aku mengangguk. Lalu dia membaca yang satunya.
‘ngga pernah ada persahabatan yang sempurna… yang ada hanya orang orang yang mau mempertahankan persahabatan itu… kisahku tentang persahabatan yang saling memiliki, namun juga saling menyakiti… entah sampai kapan semua akan berlalu seperti ini… dengan sebuah rahasia besar yang membuat persahabatan ini menjadi beku, tanpa ada lagi hangat tawa yang tulus dari hati kami…’
“ ini…” suara Michael melemah.
“ semua yang ciel nggak bisa bilang,,,” jab koru.
“ ciel…. Maafin aku…”
“ udahlah… semuanya udah berlalu… forget it. Yang aku pentingkan cuma..kita bisa sahabatan kayak dulu lagi…we’re best friend….”
Koru merengkuh bahuku, Michael memeluk kami. Aku tersenyum, thanks god.. semuanya bisa berlalu dengan baik…
Aku membuat bangau harapan bersama mereka. Aku bahagia dengan semua ini.
‘q bahagia bersama kalian, sebagai sahabat… aku bahagia udh ktmu sama my angel, mu guardian… q ingn sll dlam bhgia ni selamanya… thanks god, u give me this wonderful life… by : C13l _ciel’
‘I’ll always be u’r guardian my little angel… thanks god 4 give me this happiness, thnks 4 giving me a chance to care her…to loving her…. By : koru_k012u’
‘ jjur ak skit mlihat, mendengar, dan merasakan smua ni… tpi dbalik sakit ni, kamu bkin ak sllu tegar… makasih udh izinin q memilikimu dulu dan sekarang, maaaf q hnya mnyakiti hatimu… ak lemah tanpamu, tanpa tawamu… mksh udh izinin ak sll menjagamu, bersamamu.. by: Michael_m1ch43l’
“ nah, udah selese nih… percayakan kalo segala hal bisa berubah hanya karena ucapan… pena itu lebih tajam dari pedang…” kata koru. Aku tersenyum, melihatnya tersenyum.
“ iya deh… sekarang kita terbangin yuk…” sambut Michael. Aku mengangguk. Di sore musim kemarau yang cerah, dengan matahai yang mulai berwarna merah keemasan kami berdiri diatas gedung bersama, bahagia, dengan semua kejujuran ini.
“ kita hanya perlu mendengarkan untuk memperbaiki semua yang terjadi… hanya perlu untuk belajar mendengarkan orang lain…” ucapku pelan.
“Bener kan ? Nggak ada yang nggak mungkin. Semua bisa diperbaiki kalo kita nggak egois dan mentingin diri sendiri… kalo kita belajar mendengarkan, semua yang rumit sebenarnya bisa diselesein dalam hitungan menit…” sambungku.
Michael tersenyum menggandeng tanganku. Koru memeluk bahuku. Dan, terimakasih tuhan untuk persahabatn ini, for this wonderful friendship and wonderful life…Little star in my heart
Musik keras berderung dikamar kecilku. Aku merasa agak menggangu, tapi biarlah. Selama nggak ada yang protes. Kuhempaskan tubuhku ke kasur, ah lelahnya hari ini… begitu banyak hal ang terjadi akhir-akhir ini yang bikin aku jadi uring-uringan setengah mati. Orang yang mengaku sangat sayang sekali sama aku (HOAX) justru menyakitiku disaat seharusnya aku berbahagia di sweet sixteen-ku. Memisahkan aku sama orang-orang yang aku sayangi, yang aku kagumi, yang aku sukai. Bukan salahku kalau ternyata aku menyukai orang lain dan ngga pernah bisa sayang sama dia meski aku udah coba.
Dan aku begitu kehilangan orang yang aku kagumi dan kusukai akhir-akhir ini, Koru. Koru itu begitu berbeda, he like have anything different. Dia kayak punya sinar sendiri yang dia bagiin buat semua sahabatnya. Dan aku suka sama dia. Meski aku udah meyakinkan diriku bahwa itu salah, namun hatiku ngga mau berbohong, dan pada kenyataannya aku menyukainya.
“hai, aku Ciel, fifteen years old, and I love ice cream very much! Nice to see you, Koru” aku membungkukkan badan ala Chinese, dan rambut hitam panjangku menutupi wajahku yang bersemu pink waktu liat dia senyum.
“aku Koru, nice to meet you too, Ciel…” dan dia tersenyum lagi, senyum yang khas.
Kami berkenalan satu tahun yang lalu di tempat hang out aku dan Michael.
Hanya saja kesalahanku terletak pada satu titik, aku sudah bersama Michael. Dan dia ngga pernah bisa terima kalau aku bersama orang lain, atau menyukai orang lain. Tadi, kami bertengkar hebat ketika ia menyadari aku memiliki rasa yang lebih dari teman pada Koru.
“ sejak kapan kamu menyukainya hahh??? Sejak kalian pertama berkenalan?? Atau sejak kamu merasa kalau aku itu membosankan dan ngga bikin kamu bahagia lagi hahh??? Jawab Ciel!!” Michael mengatakannya dengan nada membentak, keras.
“ aku tegasin sama kamu, aku nggak suka sama Koru, kami hanya berteman dekat karena kamu jarang ngertiin apa yang kurasain!! Pernah nggak sih kamu ngerasa kalo aku butuh kamu lebih dari pacar??? Kamu itu udah aku anggep kayak kakak kandungku sendiri! Tapi kamu nggak pernah ngertiin aku, setiap curhatku dipandang salah dimatamu!! Sadar nggak sih kamu, hah????” aku membalas dengan lantang. Angin bertiup keras dari atas gedung tempat kami bertengkar. Michael diam, memasang ekspresi yang nggak keruan.
“ apa kamu udah nggak sayang aku, Ciel?” kali ini nadanya turun.
“ aku nggak tahu,” jawabku singkat.
“ kalo gitu, tolong jauhi Koru mulai dari sekarang, dia bukan punyamu, dan kamu harus tahu itu” Michael berbalik dan meninggalkanku yang berurai air mata diatas gedung sendirian. Apa ini yang dia sebut pacar yang perhatian dan selalu ada?? JELAS BUKAN!!
Aku berlari menuju kamarku, tempat dimana aku sekarang menulis sebuah harapanku disecarik kertas sambil bersimpuh dan menangis.
“ untuk segala sesuatunya yang tak terucapkan, untuk segala sesuatunya yang telah terlambat, untuk hati yang terpiaskan, tersakiti….
Untuk itu, aku ingin tahu, apakah aku hanya ilusiku… Koru…”
Kulipat kertas itu menjadi bentuk bangau, lalu aku berlari ke lift dan menaiki gedung apartemenku. Sesampainya diatas, aku memejamkan mataku, dan make a wish…
“ I wish burung bangau ini akan sampai padanya, sebagai sebuah pesan dari kata hati yang tak tersampaikan, yang tak pernah terucapkan. Ungkapan dari hati yang terdiam karena aku hanya bisa mencintai bayangmu, karena aku tak bisa, dan aku hanya mampu mengagumimu dalam diamku, Koru…”
Aku menjatuhkan kertasnya yang kemudian berjalan mengikuti angin yang membawanya pergi jauh. Aku tersenyum, mungkin dengan ini aku harus belajar kalo aku harusnya bisa mengikuti semua ini seperti angin yang menerbangkan bangau harapanku yang entah akan berakhir dimana.
Aku berada diatas gedung hingga sore menjelang, rasanya aku tidak lapar, padahal aku samasekali belum makan siang. Hingga suara berat yang kukenal mengagetkanku.
“ Ciel, lagi apa kamu disini?” suara Michael.
“ hah? Oh, nggak ngapain-ngapain, aku cuma pengen menikmati sore ini sendirian. Ngapain kamu disini?”
“ aku? Mau nyamperin kamu. Nggak boleh? Ini kan tempat umum, kamu kan cuma salah satu penghuni disini. Iya kan ” kata-kata Michael membuat ketenangan yang sudah kuciptakan menjadi kembali terusik.
“ ya, terserah kau sajalah…” aku mengibaskan tanganku dan berdiri lalu beranjak pergi.
“ tunggu! Mau kemana kamu?”
“ pulang. Ini kan rumahku juga.”aku lari menuju lift dengan maksud agar dia nggak ngikutin aku. Tapi sial, Michael atlit lari yang kecepatannya berlipat ganda dari lariku yang kayak siput sakit perut. Dia sampai ke lift tepat sebelum pintu meutup. Damn. Dan pintu tertutup.
“ kamu marah sama aku gara-gara Koru ya?
“nggak”
“ terus kenapa??”
Aku kesal, kupandang matanya dan aku menyedekapkan tanganku.
“ kenapa sih?? memangnya kamu itu siapa sampe mau tau aja urusanku hah?”
“ biar aku perjelas, AKU : PACARMU!!” Michael menekankan nada bicaranya.
“aku tahu! Aku tau itu! Tapi kamu nggak usah ngatur-ngatur aku! Kita juga punya sisi kehidupan yang kita jalani sendiri Mich !!”
“ begitu, hah??? Begitu menurutmu??? Kenapa kita nggak sekalian jalan sendiri-sendiri aja Ciel?!?!”
Aku terkesiap, kaget. Michael terlihat lebih kaget menyadari apa yang barusan ia katakan. Aku diam dan menunduk memeluk tanganku. Oh my god… sekarang apa yang harus kulakukan??
‘ting!’
Pintu lift terbuka, dan tanpa berfikir aku berlari meningglkan Michael sendirian yang kemudian mengejarku.
“ Ciel! Tunggu… tunggu dulu….” Teriaknya. Aku berhenti, tanpa menoleh.
“ apa lagi kak?”ucapku dingin.
“ Ciel, denger, aku nggak bermaksud… seperti yang mungkin kamu pikirin Ciel… please, dengerin aku dulu… aku…tadi kelepasan ngomonng Ciel…”
“ itu keputusanmu, dan aku nggak mau tahu lagi. Itu yang kudengar sebagai permintaanmu buatku. Aku bakal ngabulin permintaan kamu. Kalo itu maumu, aku baik-baik saja kalo kita berhenti sampai disini, kak Michael…”
“Ciel please…”
“ makasih kak…” aku mengakhiri percakapan dan beranjak pergi dari situ.
^^****^^
Setelah puas menangis dan berteriak sendiri di kamarku sambil mendengarkan musik keras-keras, aku memutuskan untuk mandi dan makan. Dan mencari channel TV favoritku : cartoon network dan national geographic channel. Baru saja aku menemukan remote TV, hp-ke berdering keras
‘Koru calling…’ hah? Koru? Tumben banget…
“hallo…” ucapku riang.
“ halo Ciel… lagi apa nih…”
“ emm, mau nonton kartun nih… tumben kamu telfon, ada apa nih?”
“ hehehe, nggak ada apa-apa kok… oh iya, aku ganggu nggak nih?”
“ nggak mungkin kalo nggak ada apa-apa Koru, nggak ganggu lah, aku aja lagi nyantai nih…”
“ oke, aku ngaku dehh, katanya kamu ada masalah sama Michael?”
“ hehehe… iya gitudeh… emangnya kenapa?”
“ kamu ketawa tuh barusan? Kenapa kayaknya keliatan kayak orang kelaperan?? Hahaha.. ya enggak apa-apa, aku cuma mau hibur kamu, kali aja kamu butuh temen…”
“ ih teganya! Padahal aku kan baru aja makan tau… yaahh… so far, I’m still fine…”
“ iya deh maaf… eh, malem ini, bulan purnama, kamu mau liat bulan diatas gedung nggak? Bagus banget loh, aku sering liat… kamu bawa tiker ama teropong kalo ada, nanti aku bawa camilannya… gimana? Mau nggak?”kata-kata Koru bikin aku kaget dan diam.
“ halo, Ciel, kamu masih disana?”
“ eh..oh… iya! Oke, aku bisa kok, nanti aku cari dulu teropongya, kamu mau ke apartemenku?” aku gugup, mencoba senormal mungkin supaya Koru nggak sadar kalo aku bener-BENER SENENG!
“ iya, aku kesitu jam 8, gimana?”
“ oke lah, aku tunggu ya!”
“ oke, see u…”
“ see u…”
Aku menutup telefon dengan muka bahagia. BAHAGIA!
“ huwaaaa… yeahhh!!!! Thanks God!!! I love this!!” aku berteriak keras sambil loncat-loncat di sofa. Simbok yang lagi asik di dapur kaget dan berlari ke ruang TV.
“ non… non nggak papa? Aduuh… kok yo koyo wong kesurupan iki to ndo…” simbok bicara dengan raut khawatir.
“ eh simbok… nggak kok, aku baik-baik aja, baikk banget malahan… ohya mbok, aku nanti mau kemping diatas gedung, ada tiker sama teropong kan ?”
“ ohh.. ada non, ada… nanti biar simbok siapin… non jangan lupa pake baju hangat ya non, iki udah mau kemarau lho non, adhem mestine, ndak sakit ntar non…”
“ iya… makasih ya simbokku sayangg…”
Simbok geleng-geleng heran, sadar aku lagi jatuh cinta. Dan sepanjag hari kulewati dengan tersenyum dan nyanyi-nyanyi nggak karuan, yang bikin simboku, satu-satunya orang yang ada dirumah ini, ketawa ngakak dengerin suaraku yang fales dibagus-bagusin.
Jam 8 kurang, Koru muncul dengan sekantung besar makanan di tangannya, dan senyum khasnya. Aku tersenyum dan membawa tikar dan teropongku ke lift, keatas gedung.
“ oke, biar aku gelar dulu tikernya, kamu tegakin teropongnya aja… malam ni pasti banyak bintang…” Koru memulai percakapan. Aku mengangguk dan menegakkan teropongnya. Dalam hati, aku bahagia banget bisa melewatkan purnama ini dengan orang yang aku bener-bener suka, dan aku nggak sendiri kesepian lagi…
“ liha kan , bulannya terang banget malam ini, sayang alam ini dingin….” Sambung Koru sambil duduk dan mengeluarkan camilannya. Aku meraih MP4-ku dan mulai memutar lagu, bukan lagu, hanya suara piano, yang sangat…sangat menenangkan hati.
“iya… simbokku bilang, ini udah mau masuk kemarau… jadi dingin…”
“ by the way, orangtuamu belum pulang juga?”
“belum, katanya bulan depan mereka selesai tour…”
“ oh… hei! Liat tuh! Bagus banget bintangnya…” Koru menunjuk kearah langit selatan.
“ wuaaahhh…. Iyaaa!!! Cantikk bangettt!!!” hiperbolaku kumat deh.
“ hahaha… kamu ini kayak nggak pernah lihat bintang malem-malem deh, heboh banget nihh;….”
“ yee, biarin dong! Aku sebenarnya sering kok liat bintang, hampir setiap malem purnama aku sendirian disini ngeliatin bintang, kadang sama orangtuaku…” tanpa kusadari suaraku mulai sendu.
“ dan, mereka satu-satunya tempat yang bisa kudatangi dimana aku bisa berbagi cerita dan mencari ketenangan kalo aku ngerasa sepi, ngerasa ditinggalin dan ngerasa kalo aku udah nyakitin atau tersakiti….” Sambungku.
“ setiap malam?” tanya Koru.
“ enggak, kalo aku negrasa hidup ini terlalu berat buat kujalani, aku sering bikin harapan di secarik kertas dan…”
“ kamu lipat jadi bangau-bangau yang kalo nggak salah pasti namanya bangau harapan…” potong Koru. Aku kaget, menoleh dan melihatnya memandang mataku. Koru tersenyum, manis dan menenangkan.
“ ka…mu…tau dari mana?”
“ aku sering duduk disini sendrian kalo malem, dan pertama kamu pindah kesini, setelah beberapa hari, aku ngeliat kamu berlari keatas gedung sambil menangis, terus naruh kertas yang bentuknya bangau disini. Aku penasaran, jadi aku liat deh…” jelas Koru panjang lebar. Aku melongo.
“ masa sih? Kamu kayak hantu banget! Hiiy!”
“ kamu terlalu seneng dan sedih sih, jadi nggak sadar ada yang merhatiin kamu.” Koru mengambil sebuah tas kecil dari kontong makanannya dan mengeluarkan semua isinya. Bangau-bangau harapanku.
“ i…ini…”
“ bangau-bangau harapanmu… kamu sadar nggak sih, nggak akan ada pangeran kuda putting yang turun dari fairy tale buat ngambil bangaumu ini terus ngirimin malaikat penjaga ke kamu tau….” Ledek Koru.
“iyaaa… aku tau kook!!!” dan aku tau malaikatku itu kamu, Koru…
“ dan ini yang terakhir kemarin yang nyaris jatuh dari gedung…” Koru mengeluarkan bangau kertas lagi dari saku jaketnya.
“ dan disini… ada namaku…” sambungnya.
Lalu kami diam, diam dalam sunyi malam. Aku nggak tau mau bilang apa lagi. Dia tahu kalo aku ada rasa sama dia, dan dia tau semua isi hatiku yang kucurahkan lewat bangau-bangauku. Lalu apa yang harus aku bilang? Keep this secret please? Enggak kan …..
Kami terus diam sampai, ‘tring’ seberkas cahaya kecil melayang dilangit. Bintang jatuh!
“ MAKE A WISH!!!” teriakku spontan. Dan aku menundukan kepalaku, memeluk lututku. Memulai wish-ku.
‘I wish… pangeranku kan disini selalu, menjagaku, menyayangiku, dan jadi sahabatku, orang yang selalu aku sayang dan aku cintai…’
“ udah?” tegur Koru.
“ eh… udah… kamu make a wish nggak?’
“ iya dong… mau tau nggak??”
“ wahh!! Iya iyaa!!!”
“ kamu dulu dong, hahaha” ucap Koru dengan ekspresi lucu.
Yah… kok aku sih…
“ oke, I wish, pangeran itu ada! Kamu?”
Koru tersenyum lagi, hangat.
“ I wish, aku pangerannya…” jawabnya santai.
“ hah???? Seri…us?”
“enggak…”
Yaaaaah… kecewaaa… hiks…
“ nggak, karena aku bukan pangeran, kamu itu nggak bakal dapet pangeran karena ngga banyak Negara kerajaan di Asia , kamu tau wish sebenarnya apa?”
Aku hanya mengangguk lesu. Koru memulai dengan senyum.
“aku berharap, bisa jadi sahabatmu terus, orang yang selalu menjadi tempat pemberhentian bangau harapanmu, Ciel…”
Aku nyaris menangis, kupandang mata Koru penuh harapan. Koru…aku sayang kamu…
Koru meraih puncak kepataku dan mengacaknya pelan,
“ wish-mu terkabul, sayang…”ucap Koru.
Kini aku benar-benar menangis, bahagia. Kusandarkan bahuku pada baku Koru. Koru memelukku.
“ thanks God… you give me the best angel…”
Koru tersenyum.
“ makasih tuhan, kau izinkan aku jadi malaikat Ciel…”
Koru…
Terimakasih…
Biatkan aku terlelap dalam bahumu, pelukmu. Biar kulambungkan segala impiku, perihku, sedihku…
Yang harus kamu tau, I always love you, Koru…
Untuk hati yang tersakiti, dan untuk hati yang selalu menunggumu disini…
^^***^^
“ kamu jadian sama koru?” tanya Michael dingin. Dia menemuiku didepan pintu apartemenku dan menarikku naik keatas gedung. Aku menggeleng.
“ JAWAB CIEL!” kali ini dia membentak.
“ “ENGGAK! JELAS?!?” balasku.
“ lalu apa yang kudengar diluar sana hah?!? Kalian pacaran!!”
“ aku nggak tau apa yag orang bilang, dan aku nggak peduli karena aku bukan pacatnya koru!! Kenyataannya : AKU NGGAK PACARAN SAMA KORU!” teriakku.
“ Michael…” suara koru. Michael berbalik dan menatap koru dingin.
“ kamu…” ucapnya tertahan. Aduh, mereka mungkin ngga berantem kan ? Aduduuh, moga aja enggak deh! That’s a stupid thing!
“ kamu jangan kayak gitu sama ciel, Mich. Kamu nggak ngerti apa yang terjadi kan ? Kamu nggak tau apa yang ciel rasain kan ?”
“nggak. Tapi aku sayang sama dia! Kamu tahu itu kan ! Kenapa kamu rebut dia dariku?! Kita ini sahabat kan , koru!!!”
“ kamu sayang aku? Kenapa kamu nggak pernah mau ndengerin aku kalo kamu emang sayang aku Mich ??” kataku keras.
Michael diam, mungkin ia menyadari apa yang kurasakan.
“ kamu nggak pernah ada Mich , nggak pernah ada saat aku sendiri, saat aku merasa sepi, dan ditinggalkan… ragamu, suaramu memang selalu ada disetiap waktumu, tapi hati mu enggak… apa kamu tahu kalo aku kesepian? Kapan kamu bisa mencegahku buat nggak nangis? Nggak melakukan sesuatu yang seharusnya nggak aku lakukan? Nemenin aku saat aku menangis sendirian diatas gedung??apa kamu pernah tahu itu?? Apa kamu ngerti penderitaanku yang selama ini berjuang buat mempertahankan perasaanku sama kamu??” aku nyerocos sendiri. Puas rasanya bisa bilang hal yang selama ini aku pendam dalam-dalam. Michael seolah membisu, dia hanya diam.
“ aku bakal coba lurusin semuanya.” Koru mengeluarkan 2 buah bangau kertas yang udah lusuh dari jaketnya.
“ perlu aku bacakan juga?” sambung koru. Aku menggeleng. Kuberikan bangau kertas itu pada Michael.
‘ini adalah sebuah harapan yang hampir hilang dari kisah cinta yang nyaris sempurna kecuali rasa sakit akan cinta itu sendiri. Dan jika kamu nggak siap, akan lebih baik mencintai dalam diammu. Sampai kapan aku bisa membohongi hatiku, dan hatinya? Michael & ciel, @the end of the month.‘
“ apa ini punyamu?” Michael memandangku. Aku mengangguk. Lalu dia membaca yang satunya.
‘ngga pernah ada persahabatan yang sempurna… yang ada hanya orang orang yang mau mempertahankan persahabatan itu… kisahku tentang persahabatan yang saling memiliki, namun juga saling menyakiti… entah sampai kapan semua akan berlalu seperti ini… dengan sebuah rahasia besar yang membuat persahabatan ini menjadi beku, tanpa ada lagi hangat tawa yang tulus dari hati kami…’
“ ini…” suara Michael melemah.
“ semua yang ciel nggak bisa bilang,,,” jab koru.
“ ciel…. Maafin aku…”
“ udahlah… semuanya udah berlalu… forget it. Yang aku pentingkan cuma..kita bisa sahabatan kayak dulu lagi…we’re best friend….”
Koru merengkuh bahuku, Michael memeluk kami. Aku tersenyum, thanks god.. semuanya bisa berlalu dengan baik…
Aku membuat bangau harapan bersama mereka. Aku bahagia dengan semua ini.
‘q bahagia bersama kalian, sebagai sahabat… aku bahagia udh ktmu sama my angel, mu guardian… q ingn sll dlam bhgia ni selamanya… thanks god, u give me this wonderful life… by : C13l _ciel’
‘I’ll always be u’r guardian my little angel… thanks god 4 give me this happiness, thnks 4 giving me a chance to care her…to loving her…. By : koru_k012u’
‘ jjur ak skit mlihat, mendengar, dan merasakan smua ni… tpi dbalik sakit ni, kamu bkin ak sllu tegar… makasih udh izinin q memilikimu dulu dan sekarang, maaaf q hnya mnyakiti hatimu… ak lemah tanpamu, tanpa tawamu… mksh udh izinin ak sll menjagamu, bersamamu.. by: Michael_m1ch43l’
“ nah, udah selese nih… percayakan kalo segala hal bisa berubah hanya karena ucapan… pena itu lebih tajam dari pedang…” kata koru. Aku tersenyum, melihatnya tersenyum.
“ iya deh… sekarang kita terbangin yuk…” sambut Michael. Aku mengangguk. Di sore musim kemarau yang cerah, dengan matahai yang mulai berwarna merah keemasan kami berdiri diatas gedung bersama, bahagia, dengan semua kejujuran ini.
“ kita hanya perlu mendengarkan untuk memperbaiki semua yang terjadi… hanya perlu untuk belajar mendengarkan orang lain…” ucapku pelan.
“Bener kan ? Nggak ada yang nggak mungkin. Semua bisa diperbaiki kalo kita nggak egois dan mentingin diri sendiri… kalo kita belajar mendengarkan, semua yang rumit sebenarnya bisa diselesein dalam hitungan menit…” sambungku.
Michael tersenyum menggandeng tanganku. Koru memeluk bahuku. Dan, terimakasih tuhan untuk persahabatn ini, for this wonderful friendship and wonderful life…
0 komentar:
Posting Komentar